Laman

10.23.2011

Warga PSHT tingkat Tiga III


                 Warga tingkat Tiga hanya di tunjukkan kepada warga-warg terpilih, dalam hati mereka, kekuatan-kekuatan yang telah di pelajari akan menerapkannya untuk hal-hal yang positif dan demi kepentingan kemanusiaan. Warga tingkat Tiga tidak menambah kekuatan fisik akantetapi kekuatan spiritual yang bertambah, persentase kekuatan Warga tingkat Tiga sekitar 5% fisik dan yang lainnya spiritual atau 95% spiritual.
                 Di Indonesia, saat ini hanya ada satu pandekar PSHT tingkat Tiga yaitu ketua PSHT Indonesia, Mas Tarmadji Boedi Harsono, yang lain sudah mendahului kita .

10.22.2011

Masa Riwayat RM. Imam Koesoepangat.


         Sebelum melihat jauh kedepan mengenai perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate sekarang ini, kita ingatkan julukan : “PENDHITA WESI KUNING”.Siapa kah Pendhita Wesi Kuning itu? Ia dikenal seorang yang berdedikasi tinggi, dalam kamus hidupnya tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan. Pola hidupnya sederhana meskipun ia sendiri dilahirkan dari keluarga yang bermartabat, penerus trah kusumah rembesing madu amaratapa wijiling handanawarih. Kiatnya “Sepiro gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung dadi Cobo” dan kiat itu dihayatinya dijabarkan dalam lakunya sampai akhir hayatnya.

             Ia teguh dalam pendiriannya yakni mengabdi pada sesama maka orang-orangpun memberi julukan “PENDHITA WESI KUNING” (konon julukan ini mengacu pada warna wesi kuning sebagai senjata kedewataan yang melambangkan ketegaran, kesaktian, kewibawaan sekaligus keluhuran). Ketika ia di tanya, siapakah orang yang paling dicintainya di dunia ini ?. ia akan menjawab dengan tegas “IBU “. Dan ketika ia di tanya organisasi apakah yang paling ia cintai selama di dunia ini ?. maka ia pun akan mengatakan PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE.
 
            Dua jawabpan di atas, pertanyaan yang mengacu pada kedalaman rasa itu, telah di buktikan tidak hanya ucapan belaka tetapi dengan kerja nyata. Hampir sepanjang hidupnya waktu, tenaga, pikiran dan jiwanya dipersembahkan demi baktinya kepada keduanya itu. Yakni ibu, seorang yang telah berjasa atas keberadaan di dunia ini, dan persaudaraan setia hati terate sebuah organisasi tempat is menemukan jati diri, sekaligus ajang darma baktinya dalam rangka mengabdi kepada sesama.Dialah RADEN MAS IMAM KOESOEPANGAT. Putra ketiga dari pendawa lima. Yang lahir dari garba : Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM AMBAR KOESSENSI. Bertepatan pada hari jum`at pahig tanggal 18 november 1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), merupakan figur yang di segani pada saat itu.

          Menurut keterangan dari pihak keluarganya, trah Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Bakat alam yang mengalir dalam darah kakeknya ini , di kemudian hari menitis ke dalam jiwa RM IMAM KOESOEPANGAT. Dan mengantarkan menjadi seorang Pendekar yang punya Kharisma dan di segani sampai ia sendiri di juluki. “Pandhita Wesi Kuning”.

Masa Kecil
Masa kecil RM IMAM KOESOEPANGAT di lalui dengan penuh suka dan duka, ia seperti hal nya saudara-saudara kandungnya (RM Imam Koesoenarto dan RM Imam Koesenomihardjo,dan RM Koesenomihardjo kakak serta RM Imam Koeskartono dan RM Abdullah Koesnowidjodjo,adik) hidup dalam asuhan kedua orang tuanya, menempati tempat tinggal kakeknya di lingkungan kabupaten Madiun . (menurut sumber terate) semasa kecilnya, RM Imam Koesoepangat belum menunjukan kelebihan yang cukup berararti. Di sekolahnya (SD latihan duru satu : sekarang SDN indrakila Madiun) ia bukan tergolong siswa yang paling menonjol, salah satu nilai lebih yang di miliknya barangkali hanya karena keberanianya.selain ia sendiri sejak kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman sepermainanya.
Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda nasib berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya, sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.
Hari-hari berikutnya RM Imam Koeseopangat diasuh langsung oleh ibunda RA Koesmiatoen Ambar Koesmiatoen. Di waktu-waktu senggang ibunda sering kali mendongeng tentang pahlawan-pahlawan yang dikenalnya dan tidak lupa memberi petuah hidup. Berawal dari tatakrama pergaulan, tatakrama menembah (bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sampai merambah pada pengertian budi luhur dan mesubrata.
Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate
Benih luhur yang di tanamkan ibundanya itu lambat laun ternyata mampu mengendap dan mengakar di dalam jiwa RM Imam Soepangat, ia lebih akrab dengan panggilan “ARIO” perhatianya terhadap nilai-nilai budi luhur kian mekar bagai bak terate di tengah telaga. Semenjak kecil sudah menyukai laku tirakat, seperti puasa dll sejalan dengan itu sikapnya mulai berubah ia mulai bisa membawa diri menempatkan perasaan serta menyadari keberadaannya. Gambaran seorang Ario kecil, sebagai bocah ingusan, sedikit demi sedikit mulai di tinggalkannya.
Rasa keingintahuan terhadap berbagai pengetahuan terutama ilmu kanuragan dan kebatinan yang menjadi idaman semenjak kecil kian hari semakin membakar semangatnya. Melecut jiwanya untuk segera menemukan jawabanya, barang kali terdorong oleh rasa keingintahuanya itulah ketika umurnya bejalan enam belas tahun RM Imam Koeseopangat mulai mewujudkan impianya. Di sela-sela kesibukanya sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia mulai belajar pencak silat di bawah panji-panji Persaudaraan Setia Hati terate. Kebetulan yang melatih saat itu adalah mas IRSAD (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) selang lima tahun kemudian 1959 setelah tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat satu.

Ia teguh dalam pendiriannya yakni mengabdi pada sesama maka orang-orangpun memberi julukan “PENDHITA WESI KUNING” (konon julukan ini mengacu pada warna wesi kuning sebagai senjata kedewataan yang melambangkan ketegaran, kesaktian, kewibawaan sekaligus keluhuran). Ketika ia di tanya, siapakah orang yang paling dicintainya di dunia ini ?. ia akan menjawab dengan tegas “IBU “. Dan ketika ia di tanya organisasi apakah yang paling ia cintai selama di dunia ini ?. maka ia pun akan mengatakan PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE.

Dua jawabpan di atas, pertanyaan yang mengacu pada kedalaman rasa itu, telah di buktikan tidak hanya ucapan belaka tetapi dengan kerja nyata. Hampir sepanjang hidupnya waktu, tenaga, pikiran dan jiwanya dipersembahkan demi baktinya kepada keduanya itu. Yakni ibu, seorang yang telah berjasa atas keberadaan di dunia ini, dan persaudaraan setia hati terate sebuah organisasi tempat is menemukan jati diri, sekaligus ajang darma baktinya dalam rangka mengabdi kepada sesama.Dialah RADEN MAS IMAM KOESOEPANGAT. Putra ketiga dari pendawa lima. Yang lahir dari garba : Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM AMBAR KOESSENSI. Bertepatan pada hari jum`at pahig tanggal 18 november 1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), merupakan figur yang di segani pada saat itu.

Menurut keterangan dari pihak keluarganya, trah Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Bakat alam yang mengalir dalam darah kakeknya ini , di kemudian hari menitis ke dalam jiwa RM IMAM KOESOEPANGAT. Dan mengantarkan menjadi seorang Pendekar yang punya Kharisma dan di segani sampai ia sendiri di juluki. “Pandhita Wesi Kuning”.

American University memasukan Pencak Silat ke kurikulumnya



              Pencak silat adalah olah raga seni bela diri asli Indonesia yang harus dilestarikan. Namun, di negeri asalnya, pencak silat sepertinya ‘kalah pamor’ dengan karate, tae kwon do, kung fu, atau bela diri lain dari luar Indonesia. Di sekolah-sekolah kita, banyak yang mempelajari bela diri asing tersebut.

              Berbeda dengan di Indonesia, pencak silat justru akan dipelajari para mahasiswa di Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat ini. Bahkan akan dimasukkan ke dalam kurikulum.

              Kabar tersebut disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Jalal melalui akun twitternya, Jumat (10/6/2011). Dino menulis, “MenDuniakan Indonesia: alhamdullilah pencak silat resmi masuk Kurikulum American University, Washington DC. Who else will follow?”

              Kelas pencak silat akan dibuka American University pada musim gugur mendatang, yakni sekitar bulan September. Kelas ini akan berlangsung dari Senin hingga Kamis tiap pukul 08.55-10.10 waktu setempat. Para mahasiswa yang mengikuti kelas pencak silat tidak hanya akan mempelajari jurus-jurus pencak silat, tetapi juga budaya Indonesia.

              Tidak heran, pencak silat memang lekat dengan kebudayaan Tanah Air. Kata Pencak Silat sendiri merupakan gabungan dua istilah. “Pencak” dari bahasa Sunda, atau “Mancak” dari bahasa Madura dan Bali, dengan “Silat” atau “Silek” yang biasa digunakan di Sumatra.

               Kelas pencak silat ini akan melatih aspek fisik para mahasiswa, aplikasi bela diri, pertarungan satu lawan satu, jurus mengunci lawan, hingga pelatihan spiritual. Materi yang diberikan akan mencakup dasar-dasar pencak silat yakni dasar-dasar menyerang, bertahan, bela diri, dan pencak silat sebagai seni.

                Pihak kampus American University berharap, dengan mengikuti kelas tersebut para mahasiswanya dapat mengetahui teknik dasar bela diri dan mengaplikasikannya di saat-saat darurat.

10.21.2011

Padepokan Pencak Silat TMII Siap untuk SEA Games 2011

Jelang pelaksanaan SEA Games ke XXVI yang akan berlangsung di Jakarta dan Palembang, 11-22 November mendatang, panitia pelaksana kembali menggelar test event cabang olahraga yang akan dipertandingkan di ajang pesta olehraga terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Kali ini, cabang olahraga yang menggelar test event yakni, pencak silat yang berlangsung di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (18/10). Dengan demikian, hingga kini sudah 16 cabang olahraga yang telah melakukan test event dari total sebanyak 24 cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Jakarta.

Ketua Pelaksana Pertandingan Tes Event Pencaksilat, Adji Antoko mengatakan, Padepokan Pencak Silat TMII telah siap menggelar pertandingan cabang pencak silat dalam ajang SEA Games ke XXVI mendatang. Adapun dalam test event ini, dilakukan berbagai kegiatan seperti, gladi resik pertandingan yang melibatkan atlet Pelatda dengan atlet pantauan pilihan.
Lalu, menyosialisasikan aturan pertandingan hingga pemanggilan perwakilan atlet untuk melakukan penimbangan berat badan. "Test event ini juga dilakukan pemilihan wasit, penjurian dan mempersiapkan perangkat pertandingan," ujar Adji Antoko, Selasa (18/10). Selain itu, ada pula gladi penyerahan medali atau penghormatan bagi para pemenang.

Test event juga mempersiapkan perangkat P3K, termasuk meyiapkan dua dokter, satu ambulans yang siap sedia untuk penyediaan rujukan ke rumah sakit. Hal ini, untuk menangani bila terdapat atlet yang mengalami cidera saat bertanding. Adapun rumah sakit yang menjadi rujukan yakni, RS Haji Pondokgede, RS UKI, dan RSUD Pasarrebo. Penanganan kesehatan ini juga hasil kerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

"Pada prinsipnya venue pencak silat sudah siap pakai begitu juga dengan akomodasi seperti tempat penginapan yang telah siap digunakan. Kemudian perlengkapan wasit dan juri juga sudah siap. Hanya saja memang perlu ada sedikit perbaikan, yakni tempat ketua pertandingan yang tadinya menghadap ke barat, akan dipindah agar menghadap ke utara. Sebab jaraknya terlalu dekat dengan penonton," kata Adji Antoko, yang juga menjabat Kepala Sudin Sosial Jakarta Timur.

Nantinya, Padepokan Pencak Silat TMII mampu menampung sebanyak 3.000-4.000 penonton. Adapun kelas yang akan dipertandingkan dalam cabang olahraga pencak silat di antaranya kelas A putra dengan berat badan 45-90 kilogram dan kelas B untuk putri dengan berat badan 45-70. (beritajakarta)

Sejarah dari lambang Bunga TERATE

                  
                Terate pertama kali diusulkan oleh Bapak Soeratno Surengpati, beliau adalah salah satu warga SHM yang mempunyai cita –cita sama dengan Ki Hadjar Hardjo Oetomo yakni berjuang untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia. Selain itu beliau juga merupakan seorang tokoh Pergerakan Indonesia Muda. Nama Terate yang diusulkan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo kemudian diterima dan disetujui oleh beliau.
Nama Terate tersebut sesuai dengan azas dan tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate itu sendiri. Sebagaimana menurut Ki Hadjar Hardjo Oetomo Bunga Terate merupakan suatu bunga yang mempunyai gaya atau ke-khas-an tersendiri diantara bunga – bunga yang lain, karena kecantikan, keindahan dan kemolekannya, serta nilai manfaat selain itu Bunga Terate juga mempunyai kharisma tersendiri yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Nama Terate menurut pendapat Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah sudah sangat tepat sekali, mengingat nama tersebut mempunyai makna dan filosofi dan kharisma tersendiri. Sehingga dengan menggunakan Bunga Terate diharapkan nantinya warga PSHT kelak dapat bermanfaat bagi organisasi maupun pada pada masyarakat secara luas.
                 Terate adalah merupakan salah satu bagian dari cita – cita mulia “ Setia Hati “ , Orang Setia Hati Terate dituntut agar mempunyai pola pikir yang mendasar secara nalar yakni menyatu – padukan antara sifat manusia, perilaku dan alam semesta artinya bahwa manusia itu selamanya tidak akan kekal abadi, baik manusia itu sendiri bertindak dan berperilaku agar dijalani dengan penuh kesadaran dan penuh kehati – hatian, sehingga didalamnya akan tercermin suatu kewibawaan, kearifan, kebijaksanaan, kejujuran, keadilan dan mengayomi terhadap sesamanya tanpa memandang apapun ( suku, agama, golongan dan ras )